29 tahun itu bagi saia adalah dewasa dan menjadi tua.
Namanya juga usia, yang ada semakin menua, sudah menjadi fitrahnya begitu. Di
29 ini, ada perasaan “sendiri” yang menggelanyut selama setahun kemarin.
Berpisah dengan seseorang yang hampir menjadi belahan jiwa selama bertahun –
tahun, rasanya seperti separuh nyawa tercerabut dari bumi yang kemudian
melayang dan menghilang ‘ntah kemana di langit. Sungguh, perjalanan hidup
selama setahun ke belakang adalah masa terberat dalam hidup. Apalagi harus
belajar ilmu ikhlas untuk melepaskan. Malam – malam terlewati dengan tangisan
sudah menjadi ritme hidup. Rasanya siang lebih bersahabat dengan diri ini.
Kerja, kerja dan kerja menjadi pelampiasan semua kesedihan. Beruntung saia
masih mempunyai banyak sahabat yang bersedia menjadi tong sampah segala keluh
kesah. Tapi tetap saja, saat sendiri, kembali teringat pada kenangan – kenangan
itu, tanpa dikomando, otak me-rewind dengan sendirinya.
“Katakan, bagaimana aku bisa melupakan, sementara kau selalu
memberiku begitu banyak kenangan.
Katakan, bagaimana aku bisa melupakan, sementara kepadamu
seluruh dunia telah kuberikan.
Katakan, bagaimana aku bisa melupakan, jika kau selalu
menetap di sana, seperti tak ingin pergi ke mana – mana”
Well, setahun merasakan betapa tidak enaknya merasakan
kesendirian, akhirnya saia menyadari, ada begitu banyak orang dengan perasaan “sepi
dalam kesendirian” di luar sana, sama dengan yang saia rasakan bahkan ,mungkin
lebih parah. Sampai pada suatu kesimpulan, bahwa di dunia ini, ternyata saia tak
sendiri dalam kesendirian.
Di suatu malam, saia sampai pada titik perenungan bahwa sebaik
– baik manusia adalah yang mampu memberikan manfaat bagi manusia yang lainnya. Sejak
itu, saia selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk orang lain meski
tak seberapa. Membuat orang lain bahagia menjadi misi saia untuk menyembuhkan
perasaan sendiri yang sudah seperti kanker di hati. Seiring berjalannya waktu,
saia yakin bahwa kanker itu akan sembuh dengan sendirinya. Obatnya saia temukan
dalam diri. Dengan membahagiakan orang lain, semoga menghadirkan kebahagiaan
juga bagi saia kelak.
Tak banyak yang saia pinta di 29 ini. Jika dulu ada berderet
– deret pengharapan di setiap pergantian usia, namun sekarang, deret itu
mengerucut menjadi satu yaitu pengampunan. Semoga Allah mengampuni dosa – dosa yang
pernah hadir dalam 29 tahun usia saia, sehingga saia kembali bisa melangkah dan
melanjutkan hidup ke depan tanpa harus selalu merasa bersalah dan menyesal atas dosa – dosa yang lalu.
Allah, terimakasih atas rahmatMu di 29 ini. BersamaMu...saia
akan langkahkan kaki ini ke depan.
Selamat menyambut semua hal baru di sana tanpa
terbayang – bayangi lagi dosa dimasa lalu, Keiy...Tersenyumlah...dunia ini akan lebih indah dengan senyuman :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar