Sabtu siang itu, kembali saia menjejakkan kaki di pelataran
Masjid Ukhuwah Islamiyah – Universitas Indonesia , Depok.
Ini adalah pertemuan
ke-2 liqa’ yang baru saia ikuti bersama beberapa alumni UI.
Alhamdulillah, Allah SWT mengabulkan do’a saia beberapa
waktu lalu (read this post) melalui perantara sahabat saia, Sepritahara. Melalui Sepri,
akhirnya, setelah hampir 6 bulan lamanya saia berikhtiar mencari dan berdo’a
agar diizinkan kembali berkumpul bersama orang – orang shaleh dan shalehah
berjuang di jalan Allah SWT, dikabulkan. Alhamdulillahirabbil’alamin.
Insyaallah, tidak pernah ada kata terlambat untuk kembali memulai suatu
kebaikan.
Terakhir kali saia mengikuti liqa’ / metoring / sejenisnya saat
saia belajar di MTs. N Bangkalan, Madura. Bersama beberapa teman, kami
mengadakan pertemuan sekedar membahas beberapa tema Fiqih, Tarikh, Muamalah
sampai ke English Club, juga beberapa kegiatan Islami yang lingkupnya tidak hanya
lingkungan sekolah kami, tapi juga gerakan kami sampai merangkul dan menyatukan
Mts.N se-Madura. Ada satu kegiatan saat itu yang sangat saia ingat, pertemuan
perwakilan beberapa Mts.N se-Madura di daerah Pamekasan yang membahas tentang
akan dibentuknya organisasi Mts.N se-Madura. Alhamdulillah, saat itu saia
ditunjuk sebagai Ketua Umumnya. Saat itu juga, saia langsung merancang garis
besar kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan sampai sistem pengelolaan
anggarannya akan seperti apa. Merinding rasanya jika mengingat – ingat saat
itu. Seorang Ika, begitu bersemangatnya untuk berdakwah meski dalam skala
kecil, tapi sangat all out dalam menuangkan semua ide – ide yang ada di otaknya
(yang agak2 miring sedikit sih sebenernya :D) dan berusaha secara total untuk
mewujudkan semua ide itu. Ah, saia sangat merindukan masa – masa itu. Masa berpidato
di hadapan teman – teman, guru, Kep Sek sampai Bapak Bupati, mengumpulkan
teman2 yang se-ide untuk membahas sesuatu yang gak penting sampai ke sangat
penting, rapat redaksi buletin sekolah sampai malem, setiap minggu sore bareng –
bareng kumpul di pelataran Masjid Agung Bangkalan yang saat itu saia tempuh
jalan kaki yang jauhnya sekita 2 kiloan buat ‘ngajar santri TPQ yang kadang ada
yang gemesin ada juga yang ‘ngeselin , semuanya saia jalani dengan sangat
bersemangat, seperti tak pernah ada kata lelah.
Masa SMA dan Kuliah, kesibukan saia sudah berbeda,
organisasi – organisasi yang saia ikuti tak lagi sama seperti masa Tsanawiyah
dulu. Dan secara tidak langsung, membuat lupa akan langkah kecil yang pernah
saia titi dulu. Bahkan parahnya, saat kuliah, saia sama sekali menghindar dari
kegiatan – kegiatan seperti liqa’, mentoring dan semacemnya, bahkan saia sampai
pada pemikiran bahwa mbak – mbak yang berjilbab lebar dan bergamis itu terlalu
mengeksklusifkan diri dg hanya mau bergaul dg sesama mereka dan men-judge “kami-kami”
ini dg yang “gak islami” lah, “jauh dari rahmat Allah” lah, “selalu bermaksiat”
lah dan sebutan lain yang semakin memperlebar gap antara “kami” dan “mereka”.
Pikiran saia saat itu bukannya tanpa alasan, saia mengalami sendiri di judge
seperti itu oleh seorang oknum dari kumpulan mbak – mbak itu. Yah, namanya juga
anak muda, amarahnya terkadang tidak terkendali, jadilah saia menjauhi sama
sekali “komunitas” mbak – mbak itu. Astaghfirullah. Saat itu, rasanya sangat
kelam, gelap dan hitam. Jiwa saia seperti kosong, tp sayangnya pikiran saia membiarkan
kekosongan itu diisi dg sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat saia jauh dari Allah.
Sampai suatu saat di medio tahun 2013, pikiran saia tersentak,
beberapa bulan setelah hijrahnya saia ke
Jakarta dari Batam. Allah SWT kembali menghadirkan cahaya hidayahnya di hati
ini melalui seorang hamba-Nya saat itu, secara tidak langsung, perlahan – lahan
namun pasti dan nyata. Itulah titik balik yang kembali mengingatkan saia akan
langkah kecil yang tertempuh beberapa tahun lalu. Mudah – mudahan Allah SWT
membalas semua kebaikannya dan selalu melindungi setiap langkahnya. Aamiin yaa
rabbal’alamiin. Syukron katsiran akhii, barakallahu laka.
Jadilah sekarang, setiap Sabtu, saia bersama sahabat saia,
Sepri “The Cong’s” punya agenda khusus dari jam 11.00 – 20.00. Menempuh jarak
Kebayoran Lama – Stasiun Tanah Abang – Stasiun UI Depok. Terkadang ada rasa
malas jika membayangkan panas, kringet, desak – desakan, hujan, becek – becek-an
dan bahaya kriminalitas di jalan yg mengancam, tapi, kembali kami saling
menguatkan bahwa di setiap langkah ini, tak akan pernah ada yang sia – sia di
mata Alllah SWT.
Setiap saia menjejakkan kaki, menghirup udara segar di area
Universitas ini, rasanya seperti kembali ke kehidupan mahasiswa dulu di
Surabaya. Melihat setiap sudut ada kumpulan beberapa mahasiswa dg beberapa
lembar kertas berserakan dihadapan mereka yang sepertinya sedang mendebat suatu
tema seru, ada juga yang menyendiri dengan laptop menyala didepannya, ada yang
baca buku setebal ganjel pintu, ada juga yang hanya ngobrol ringan khas
mahasiswa dan tidak sedikit yang sibuk dengan Hape masing – masing. Ah, pesona
gadget memang luar biasa, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat ;D
Semua suasana itu, membuat saia kangen untuk bersekolah
lagi. Setidaknya memunculkan lagi semangat untuk belajar sesuatu. Sensasi
kegigihan untuk belajar itu rasanya muncul saat melihat kumpulan itu. Stressnya
kerjaan di kantor dan peliknya masalah hidup yang bisa membuat kita mengalami
penuaan dini, rasanya terlibas dan terbabat habis saat merasakan atmosfer
disini, seperti anti oksidan yang bisa meremajakan dan menyegarkan kembali
syaraf – syaraf di otak.
Syukur tak henti – henti nya saia panjatkan kepada Allah
SWT, satu do’a akhirnya terkabulkan disaat saia merasa ada do’a lain yang tak
kunjung juga terkabulkan.
Itu sudah cukup membuktikan bahwa Allah masih sayang sama
saia. Tak boleh sekalipun su’udzon dan berputus asa atas kasih sayang Allah.
Sayang Allah melebihi apapun dan siapapun.
Bismillah. Langkah kecil itu...akan saya lanjutkan.
Insyaallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar