Perkenalan saia pertama kali dengan karya novelist Indonesia
yang cukup terkenal, Darwin Tere Liye. Dan saia langsung jatuh cinta. Membaca
novel ini, seperti mengingatkan saia akan buku sastra karangan jaman dulu,
Marah Rusli misalnya. Jalan cerita yang apik, tokoh – tokoh dengan karakter
yang sangat menggambarkan masyarakat kebanyakan, sangat dekat dengan realita
(kebanyakan novel karangan novelist jaman sekarang boleh dibilang lebih ke kehidupan
perkotaan dan terlalu banyak mimpi yang di karang – karang dalam bercerita) dan
tentu saja jalan cerita yang tidak mudah ditebak (terkadang kita terjebak dipikiran
kita sendiri yang nyatanya bertolak belakang dengan hasil tebakan itu).
Biasanya, untuk novel dengan jalan yang datar2 saja, saia butuh waktu hampir 2
minggu membacanya, padahal tidak lebih dari 300 halaman, saking tidak
tertariknya tapi penasaran pengen baca. Dipaksa baca, bikin mual, gak dibaca,
tapi penasaran jalan ceritanya, benar – benar buah simalakama :D
Tapi novel ini, beda, seharian saia menghabiskan hari Minggu
hanya untuk menuntaskan novel ini, padahal ada lbih dari 500 halaman. Asli.
Seharian. Makan pun sampai gak minat. Jalan – jalan apalagi, ogah. Ditemani
bergelas – gelas kopi, ditemani alunan lagu sendu dan terkadang terinterupsi
dering telpon, jadilah jam 6 sore saia resmi menuntaskan novel ini. GREAT!.
Hanya buku TOP yang bisa bikin saia betah menghabiskan Minggu di Kamar Kost.
Biasanya saia belingsatan pengen kesana – kesini :D
Okay, demikian sekilas mukadimahnya, kita masuk ke review.
Ada banyak sekali kalimat – kalimat bijak yang bisa ditemui. Namanya juga Quote
Freak, jadi nemu kalimat – kalimat yang klik di hati, maunya langsung nyomot
aja. So, let’s cekidot beberapa kutipan yang bikin hati saia makjleb ;)
“Ah, cinta selalu saja misterius. Jangan diburu – buru, atau
kau akan merusak jalan ceritanya sendiri”
“Rasa senang, rasa sedih, itu semua hanya soal pengaharapan.
Aku siap kalaupun Mei tiba – tiba tidak datang seperti tiga bulan lalu. Aku
akan tetap tersenyum lega”
“Kita hanya bisa berasumsi, tapi asumsi tentang perasaan
sama dengan menebak besok sepitnya akan ramai penumpang atau sepi. Berasumsi
dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik,
padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.”
“Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya
dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai
kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan
gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita
besarkan, terus menggumpal besar. Coba saja kau cueki, kau lupakan, maka gumpal
cinta itu juga cepat layu seperti kau cepat bosan makan gulai kepala ikan”
“Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan
membebani, jangan pernah merusak diri sendiri. Boleh jadi orang yang kita
sayangi pergi, maka separuh hati kita seolah tercabik ikut pergi. Tapi kau
masih memilik sepatuh hati yang tersisa bukan? Maka jangan ikut merusaknya
pula. Itulah yang kau punya sekarang. Satu – satunya yang paling berharga.”
Damn! Langsung mewek T_T
Kutipan – kutipan diatas itulah yang bikin hati saia makjleb
sekaligus menguatkan. Serasa sesuai banget sama kondisi hati saia saat ini.
#eeecciieeeeeCurhatNeng?!
Well, kalau ditanya siapa tokoh favorit di novel ini,
jawaban saia pasti akan sama dengan jawaban pembaca novel ini kebanyakan. Borno
dan Pak Tua “Hidir”. Pak Tua dengan segala kebijaksanaannya yang bisa
memampatkan keinginan yang terlalu menggebu dan membesarkan hati Borno disaat
yang bersamaan. Menurut saia, Borno adalah cermin masa muda seorang Pak Tua.
Saia
suka Borno. Darinya, saia belajar bahwa cinta adalah berbuat dan berjuang
kapanpun itu selama waktu masih memberikan kesempatan. Hanya saja jika
kenyataan sudah menggariskan kita pada kata “selesai”, maka usaikan perjuangan
kita, jangan dipaksakan lagi, karena saat orang yang kita cintai sudah jengah
dengan perjuangan kita, akan sia – sia rasanya berjuang sendiri tanpa ada yang
mendampingi.
Baiknya disudahi, simpan semua kenangan baik, kembali melangkah
meski terseok – seok, tetaplah berpikir yang baik – baik meski patah – patah
dan jangan lagi ada cerita tentangnya meski secuil, lakukan itu bila perlu,
jika dengan melakukan itu bisa menenangkan hati yang sudah diisolasi sana – sini akibat tercabik
– cabik. Biarkan kembali menjadi orang asing yang tak lagi saling mengenal satu
sama lain :’)