Akhirnya, sampai juga usia saia di penghujung 2013. Seperti ritual
sebelumnya, pasti saia bikin recap taun yg akan ditinggalkan dan resolusi
blablabla untuk ditaun berikutnya. Saia tau itu klise, dan semua orang (gak
semua jg sih) pasti lagi semangat – semangatnya untuk melaporkan dan menyusun
ini itu di penghujung taun, bukan untuk siapa – siapa, tp untuk dirinya sendiri
sebagai self reminder. Buat saia, itu sangat personal dan saia tidak pernah merasa
se-enerjik ini dalam me-recap pencapaian sekaligus kegagalan di 2013 dan
menyusun “kerangka rencana hidup” saia setaun kedepan di 2014. Mudah2an
bermanfaat untuk yang membacanya :)
Bismillah.
2013.
February 2013
Oke, lupakan!!! Saia lanjut recap aja kl gitu :)
Diawal 2013, tepatnya di bulan Februari, saia secara resmi berhijrah dari
Batam (2009-2012) ke Jakarta. Kenapa?! Karena rejekinya sudah berpindah ke
tanah Jawa, jadi saia mau ‘ndak mau harus ‘ngikut pindah. Bisa dipastikan, Ayah
dan Bunda lah yang paling bahagia atas rencana kepindahan saia itu. Beliau
berdua sudah ketar – ketir, 3 taun lamanya anak perempuan mereka satu – satunya
ada didaratan antah berantah yg sangat jauhhh dari pantauan, takut anaknya lupa
pulang ke Jawa :D
Proses kepindahan itu terjadi begitu cepat. Mungkin sekitar 2-3 bulan-an.
Bermula dari tawaran teman kuliah saia, uming, untuk mengisi posisi kosong di kantor tempat dia bekerja. Awalnya saia tidak
berminat dg tawaran itu, tp entah mengapa, akhirnya saia kirim jg berkas
lamarannya via email. Nothing to lose pikir saia waktu itu.
Kira – kira beberapa minggu kemudian, saia dihubungi oleh pihak personalia
kantor itu dan meminta saia datang ke Jakarta untuk interview minggu depan.
Okeh, hal yg saia pikirkan saat itu, satu, tiket Batam-Jakarta untuk PP itu GAK
MURAH!!!. Dua, NGINEP dimana??? (masa iya nginep di tempat uming?! Kan
cowok!!!). Tiga, turun dari bandara trs NAIK APAAAA??? JURUSAN APAAA??? KEMANA???.
Semua Pops Up itu melayang – layang dipikiran saia. Sepertinya mustahil aja
gitu dan maunya nyerah aja deh.
Tp entah kenapa, adaaaa aja jawaban dari semua kebingungan itu. Satu, untuk
tiket, alhamdulillah masih ada sisa uang tabungan yg masih mencukupi untuk beli
tiket PP Batam – Jakarta, meski habis itu mirissss dan nangis jungkel2 liat
sisa saldo tabungan. Dua, alhamdulillah ada Mbak Ina (kakak angkatan kuliah
dulu) yang bisa ditebengin kost-annya barang sehari-dua hari. Tiga, untuk yang
satu ini, saia terbilang NEKAT. Coba bayangin deh, ke Jakarta hanya bermodalkan
secarik kertas bertuliska:
“Jl. Asofa Raya RT. 04, RW. 01 No. 35 Sukabumi Utara, Jakarta Barat”
Saia perempuan. Dan ini pertamakalinya saia ke Jakarta. Ada rasa takut, tp
saia NEKAT dan berdoa bahwa saia PASTI BISA atas pertolongan-Nya.
Beruntung, ada teman karib saia, Cindi, yg juga di Jakarta bersedia menjadi
navigator saia saat pertamakali menjejakkan kaki di cengkareng. Saia sudah
me-wanti-wanti cindi untuk selalu men-stand by-kan handphone-nya. Ke Mbak Ina
juga. Jadilah dua orang ini yg saia telponin bolak – balik dari bandara, sampe
ke kost-an tempat saia menginap, kost-nya mbak Ina.
2 kali ditolak taxi, karena alamat tujuan yang gak jelas. Taxi ke-3 yang
saya stop, alhamdulillah akhirnya mau menolong. Saia ingat betul wajahnya, bapak
– bapak berperut buncit, berjenggot, ramah. Beliau tidak segan untuk turun dan
bertanya kepada orang sekitar sambil membawa secarik kertas berisi alamat yg
saia bawa. Di dalam taxi, beliau selalu mengingatkan saia untuk berhati – hati,
banyak orang jahat yang mengintai para pendatang baru seperti saia.
Alhamdulillah, kembali pertolongan Allah datang tak terduga.
Dan akhirnya, jam 11 malam saia
sampai jg di kost-an Mbak Ina. Bu Iing, pemilik kost pun ramah dan berulang
kali mengelus pundak saia sambil berucap, alhamdulillah neng, ketemu supir taxi
yang baik banget. Entah apalagi yg harus saia ucapkan atas serentetan peristiwa
seharian tadi, hanya sujud syukur dan untaian do’a panjang dipenghujung malam
itu. Kepada bapak supir taxi itu, jazakallahu khairan katsiran. Mudah2an
kebaikan selalu menyertaimu Bapak.
Begitulah, setelah serentetan tes dan wawancara, 1 minggu kemudian kembali
saia ditelfon untuk bergabung di perusahaan tersebut bulan depan. Selama
sebulan itulah, saia mempersiapkan kepindahan ke Jakarta. Kota antah berantah
yang membuat saia harus rela se rela relanya meninggalkan cinta saia di Batam
saat itu. Dan itu menjadi persiapan terberat saia juga dia. Mudah2an ini adalah
rencana Tuhan yang terbaik untuk semua. Terimakasih atas segala supportnya,
semoga kebaikan selalu menyertaimu Ajusye Oppaa ^_^
Sejak Februari itu, jadilah saia bagian dari “anak gaul yg gak gaul2 amat”
Jakarta. Belajar bahasa “lu – gue”. Awalnya aneh di lidah, tp lama2 sdh
terbiasa meski sering keseleo. Busway dan Angkot menjadi teman saia untuk
kemana-mana. Istiqlal, Monas, Blok-M, Semanggi, PIM, Bunderan HI, GBK, Ragunan,
Kota Tua dan Taman Untung Suropati. Sabtu dan Minggu adalah hari jalan2 saia.
Selama ada shelter busway, semua tempat pasti saia jabanin. Sendiri pun jadi.
Berteman headset, sepatu kets, tas punggung, kamera dan air mineral.
Untuk pekerjaan, tidak terlalu signifikan prestasi yang saia raih selain
pujian “baru kamu yg bisa menghandle posisi ini dg sangat baik, sebelum2nya,
agak kurang kemampuannya”. That’s it. Alhamdulillah. KPI bulan depan, mudah2an
dapet nilai bagus dan bisa naik gaji. Aamiin. Ada keinginan untuk menjajal
kemampuan di operasional atau QHSE, mudah2an ada kesempatan di 2014.
Agustus 2013
Bulan Agustus adalah bulan dimana kehidupan spiritual saia mulai bergejolak. Saia menjadi sosok yang seperti saat di Tsanawiyah beberapa taun lampau. Titik baliknya adalah saat saia merasakan nikmatnya ber-i’tikaf untuk pertama kalinya, di Istiqlal. Dari momen itulah semua bermula. Rasanya, saia sangatttttttt jauh dengan Sang khaliq diwaktu – waktu kemarin. Dulunya, saia merasa dengan shalat 5 waktu saja sudah cukup. Toh hanya itu yang wajib kan? Kalo sunah mah ntr2-an aja kalau sempet. Berjilbab pun gak dari hati, jatuhnya ke gak niat blass, alakardarnya, yang penting berjilbab. Habis perkara.
Bulan Agustus adalah bulan dimana kehidupan spiritual saia mulai bergejolak. Saia menjadi sosok yang seperti saat di Tsanawiyah beberapa taun lampau. Titik baliknya adalah saat saia merasakan nikmatnya ber-i’tikaf untuk pertama kalinya, di Istiqlal. Dari momen itulah semua bermula. Rasanya, saia sangatttttttt jauh dengan Sang khaliq diwaktu – waktu kemarin. Dulunya, saia merasa dengan shalat 5 waktu saja sudah cukup. Toh hanya itu yang wajib kan? Kalo sunah mah ntr2-an aja kalau sempet. Berjilbab pun gak dari hati, jatuhnya ke gak niat blass, alakardarnya, yang penting berjilbab. Habis perkara.
Saat i’tikaf itulah, saia merasakan sangatttttt dekat dg Sang Khaliq. Semua
runtutan kehidupan kemarin seperti terputar didepan mata saia. Semuanya. Sampai
saia pada suatu titik yang langsung menyentakkan hati, fikiran, otak, jiwa dan
raga saia. Titik dimana saia sadar, bekal hidup dan mati saia KOSONG. NOL. Apa
cukup hidup di dunia dg begini2 saja? Jika saia suatu saat nanti menjadi istri
dan ibu, bekal apa yg saia punya untuk mendampingi suami dan mendidik anak2? Apa
yang nanti akan saia pertanggungjawabkan dihadapan Sang Khaliq? Siapa yang akan
menemani saia di alam kubur? Apa yang akan saia jawab saat nanti ditanya oleh
malaikat?
Pertanyaan2 itu yang menggalaukan hari2 saia berikutnya. Semakin saia
galau, semakin kuat keinginan saia untuk lebih berdekatan dg Sang Khaliq dan
semakin kuat keinginan saia untuk lebih mengenal Dia dari dekat. Majelis ilmu
dan majelis dzikir saia datangi dan cari selama saia bisa menjangkau tempatnya.
Usaha itu tidak mudah memang. Beberapa kali saia ditolak oleh beberapa kelompok
pengajian kecil (liqa’). Kenapa saia ngincer-nya pengajian kecil? Karena saia
berpikiran bahwa dg mengikuti pengajian kecil itu bisa lebih personal
belajarnya, intens dan kita tau kualitas dari murabbi’ahnya seperti apa. Penolakan
itu saia anggap wajar, mungkin tampang plus penampilan saia masih preman, jadi
takutnya malah saia bisa membawa pengaruh buruk pada yg lainnya.Wkwkwkwk,
maklum, preman baru insyaf. Tak apa, banyak jalan menuju Roma, ‘ndak bisa yang
kecil, sekalian aja ke pengajian yang gede. Jama’ahnya lebih banyak. Jadi bisa
mendo’akan dan dido’akan banyak orang.
Sejauh ini, saia masih ada ditahapan bawah dan masih butuh banyak belajar,
lagi, lagi dan lagi. Ghirah-nya sampai saat ini masih menyala-nyala. Mudah2an
bisa istiqomah dan semakin banyak teman untuk belajar bersama. Prinsip saia :
“Belajar itu sedikit demi sedikit, yang penting diamalkan terus menerus dan
‘ndak boleh sombong”.
Begitulah secara garis besar bagaimana saia melewati taun 2013.
Peristiwa2 kecil juga ada lalu lalang di 2013.
Peristiwa2 kecil juga ada lalu lalang di 2013.
- Adek saia yang sudah beranjak SMA, mulai berpikiran dewasa dan sudah bisa diajakin sharing masalah keluarga (fiiuuhhhh....akhirnya...)
- Bisa pulang ke Kangean setelah 13 taun lamanya gak kesana
- Punya temen ngocollll baru, Sepri namanya
- Pertama kalinya hiking ke gunung Gede lewat Gunung Putri yang medannya masyaallah bikin linu2 seminggu lamanya
- Bisa pulang kampung setaun 3 kali
- Punya murid
- Belajar TOEFL (lg) :D
Itulah recap perjalanan hidup saia di 2013. Ada banyak pengharapan di 2014.
Nanti akan ditulis di post berikutnya. Apapun itu peristiwa yang sudah
terlewati, pasti ada hikmahnya. Yang baik dilanjutkan, yang buruk tinggalkan
segera, karena waktu tak akan bisa diulang.
Selamat me-re-cap ^_^