Ini tentang lelaki bermata sendu
*mudah2an dia ga’ tau postingan
ini, karena klo tau, saia bisa spot jantung mendadak*
Saia mengenalnya hanya beberapa
bulan lalu dan langsung merasa jatuh hati pada mata sendunya. Tolong
digarisbawahi kalimat “MERASA” - nya ya.
Well, kalo dipikir – pikir ke belakang,
rasanya hati saia ini gampang sekali jatuh pada lelaki model – model begini.
Mata sendu, terlihat baik hatinya dan murah senyum. So typical, sepertinya
semua perempuan juga suka dan mau bilang apa kalo sudah hati yang berbicara.
Cuma ya itu, berdasarkan pengalaman saia jatuh hati kepada beberapa lelaki
(meski ga’ ada satupun yg berlanjut ke arah berpacaran, karena Ajusye Oppaa-nya
saia punya standard terlalu tinggi untuk dapat ditaklukkan oleh para lelaki
ini), tampang bisa aja sendu kayak ga’ punya dosa & baik hati ke semua
orang itu, tapi itu semua ga’ menjamin kenyamanan saat berduaan saja dengannya.
Maklum, untuk masalah kenyamanan ini menurut saia sangat penting saat menjalin
suatu relationship, baik itu pertemanan maupun berpacaran.
Long story short, sudah hampir 3
bulan ini saia mengenal “lelaki bermata sendu” ini. Seiring semakin intensnya
pertemuan yang melibatkan berbagai macam topik perbincangan di beberapa suasana,
sampailah saia pada suatu penilaian tentang lelaki bermata sendu ini. Pun dia
pastinya juga sudah punya score tersendiri untuk saia. Mungkin betapa cablaknya
saia, agak tomboy, tiba – tiba ngilang trs muncul tiba - tiba, pemaksa padahal
bukan siapa2, pencemburu yg terlalu dini, super duper jahil, dll, dsb, dst, dan
itu terserah, dia berhak untuk menilai saia seperti itu.
=> Dia baik hati. Memang. Ke
semua orang tapinya. Well, sama sekali ga’ ada yg salah dengan baik hatinya ini. Yang salah adalah
penafsiran saia yg terlalu ke-ge-er-an dg semua perhatiannya. Awalnya perhatian
itu saia anggap istimewa (yg mana harusnya Cuma saia yg dapet), tetapi ternyata
perhatian itu tertebar juga ke semua orang, jadi sebetulnya biasa aja kan ya?!
*Ketawa* *Dalam hati nangis*. Well, time heals the pain, meski awalnya kecewa
mampus, alunan musik jazz di ipod tiap pagi mampu menyembuhkan kekecewaan ini
dan akhirnya menjadi biasa saja. :)
Be right back. Buka kulkas. Ambil
secuil chunky bar. Ngunyah. Telen. Lanjut nulis.
=> Saat berdua, serunya
perbincangan hanya terjadi saat saia hanya bisa menatap punggungnya. Saat
perjalanan pulang misalnya. Tapi saat berhadap – hadap – an mata ketemu mata,
kalo persentase hanya terbatas 100% maka 80% perbincangan ada diantara dia
bersama smartphone-nya dan akan berhenti saat makan, baru keberadaan saia tak
lagi terabaikan. See?! Membosankan? SANGAT. AMAT. BANGET. Rasanya pengen bilang
“OIIYYYY, MASSSSSS, AQ DUDU’ WATU LOH!!! AJAK-EN OMONG PO’O” *ngambil paksa
BB-nya, injek2, tamat riwayat si BB, puassss*.
Mungkin ini karena kami belum
mengenal terlalu lama, jadi dia-nya masih grogi ngobrol sama saia (ini prasangka
positifnya) atau malah si BB lebih cantik daripada wajah saia?! *BRB. Mau Operasi
Plastik Dulu*
Tragedi diatas ga’ bakalan
kejadian kl saia bareng sama Ajusye Oppaa. Saat kami berduaan, mau disebelah
ada cowok/cewek secakep malaekat lagi
jengking2 ato ada panggilan masuk yg urgent mampus, ga’ bakalan mengusik serunya
obrolan kami. A sampai Z pasti ada dalam pembahasan, 1 sampe sejuta kali ketawa
pasti jadi bumbu disetiap cemoohan. Iya, kami gila, bodoh dan kekanak – kanak –
an jika berdua. Itulah romantis. *Oiiyyyy, ganti topik Oiiyyyyyyyy*.
Well, sementara 3 point diatas yg
bisa saia jabarkan tentang Lelaki Bermata Sendu. Kalo ditanya, jadi kalian
sekarang gemana? Jawabnya : ga’ gemana2 sih, dia itu Mas Bawel yg
sanggaatttttttt baik buat saia, dan saia adalah Adek Rese’ dg segudang
kejahilan yg rese’ banget buat dia (karena jahilin dia itu adalah kebahagiaan
saia :D).
So, menurut saia, jangan pernah
terpatok pada rasa yg tercipta di awal saat mengenal seseorang, karena dalam
perjalannya, rasa itu bisa berubah arah beberapa derajat bahkan hingga 180 derajat,
berlawanan sama sekali dg apa yg dirasa diawal pertemuan. Sekian.