19 Mei 2014

Memulai Lagi Langkah Kecil Yang Terlupakan

Sabtu siang itu, kembali saia menjejakkan kaki di pelataran Masjid Ukhuwah Islamiyah – Universitas Indonesia , Depok. 

Ini adalah pertemuan ke-2 liqa’ yang baru saia ikuti bersama beberapa alumni UI.

Alhamdulillah, Allah SWT mengabulkan do’a saia beberapa waktu lalu (read this post) melalui perantara sahabat saia, Sepritahara. Melalui Sepri, akhirnya, setelah hampir 6 bulan lamanya saia berikhtiar mencari dan berdo’a agar diizinkan kembali berkumpul bersama orang – orang shaleh dan shalehah berjuang di jalan Allah SWT, dikabulkan. Alhamdulillahirabbil’alamin. Insyaallah, tidak pernah ada kata terlambat untuk kembali memulai suatu kebaikan.

Terakhir kali saia mengikuti liqa’ / metoring / sejenisnya saat saia belajar di MTs. N Bangkalan, Madura. Bersama beberapa teman, kami mengadakan pertemuan sekedar membahas beberapa tema Fiqih, Tarikh, Muamalah sampai ke English Club, juga beberapa kegiatan Islami yang lingkupnya tidak hanya lingkungan sekolah kami, tapi juga gerakan kami sampai merangkul dan menyatukan Mts.N se-Madura. Ada satu kegiatan saat itu yang sangat saia ingat, pertemuan perwakilan beberapa Mts.N se-Madura di daerah Pamekasan yang membahas tentang akan dibentuknya organisasi Mts.N se-Madura. Alhamdulillah, saat itu saia ditunjuk sebagai Ketua Umumnya. Saat itu juga, saia langsung merancang garis besar kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan sampai sistem pengelolaan anggarannya akan seperti apa. Merinding rasanya jika mengingat – ingat saat itu. Seorang Ika, begitu bersemangatnya untuk berdakwah meski dalam skala kecil, tapi sangat all out dalam menuangkan semua ide – ide yang ada di otaknya (yang agak2 miring sedikit sih sebenernya :D) dan berusaha secara total untuk mewujudkan semua ide itu. Ah, saia sangat merindukan masa – masa itu. Masa berpidato di hadapan teman – teman, guru, Kep Sek sampai Bapak Bupati, mengumpulkan teman2 yang se-ide untuk membahas sesuatu yang gak penting sampai ke sangat penting, rapat redaksi buletin sekolah sampai malem, setiap minggu sore bareng – bareng kumpul di pelataran Masjid Agung Bangkalan yang saat itu saia tempuh jalan kaki yang jauhnya sekita 2 kiloan buat ‘ngajar santri TPQ yang kadang ada yang gemesin ada juga yang ‘ngeselin , semuanya saia jalani dengan sangat bersemangat, seperti tak pernah ada kata lelah.

Masa SMA dan Kuliah, kesibukan saia sudah berbeda, organisasi – organisasi yang saia ikuti tak lagi sama seperti masa Tsanawiyah dulu. Dan secara tidak langsung, membuat lupa akan langkah kecil yang pernah saia titi dulu. Bahkan parahnya, saat kuliah, saia sama sekali menghindar dari kegiatan – kegiatan seperti liqa’, mentoring dan semacemnya, bahkan saia sampai pada pemikiran bahwa mbak – mbak yang berjilbab lebar dan bergamis itu terlalu mengeksklusifkan diri dg hanya mau bergaul dg sesama mereka dan men-judge “kami-kami” ini dg yang “gak islami” lah, “jauh dari rahmat Allah” lah, “selalu bermaksiat” lah dan sebutan lain yang semakin memperlebar gap antara “kami” dan “mereka”. Pikiran saia saat itu bukannya tanpa alasan, saia mengalami sendiri di judge seperti itu oleh seorang oknum dari kumpulan mbak – mbak itu. Yah, namanya juga anak muda, amarahnya terkadang tidak terkendali, jadilah saia menjauhi sama sekali “komunitas” mbak – mbak itu. Astaghfirullah. Saat itu, rasanya sangat kelam, gelap dan hitam. Jiwa saia seperti kosong, tp sayangnya pikiran saia membiarkan kekosongan itu diisi dg sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat saia jauh dari Allah.

Sampai suatu saat di medio tahun 2013, pikiran saia tersentak, beberapa bulan setelah  hijrahnya saia ke Jakarta dari Batam. Allah SWT kembali menghadirkan cahaya hidayahnya di hati ini melalui seorang hamba-Nya saat itu, secara tidak langsung, perlahan – lahan namun pasti dan nyata. Itulah titik balik yang kembali mengingatkan saia akan langkah kecil yang tertempuh beberapa tahun lalu. Mudah – mudahan Allah SWT membalas semua kebaikannya dan selalu melindungi setiap langkahnya. Aamiin yaa rabbal’alamiin. Syukron katsiran akhii, barakallahu laka.

Jadilah sekarang, setiap Sabtu, saia bersama sahabat saia, Sepri “The Cong’s” punya agenda khusus dari jam 11.00 – 20.00. Menempuh jarak Kebayoran Lama – Stasiun Tanah Abang – Stasiun UI Depok. Terkadang ada rasa malas jika membayangkan panas, kringet, desak – desakan, hujan, becek – becek-an dan bahaya kriminalitas di jalan yg mengancam, tapi, kembali kami saling menguatkan bahwa di setiap langkah ini, tak akan pernah ada yang sia – sia di mata Alllah SWT. 

Setiap saia menjejakkan kaki, menghirup udara segar di area Universitas ini, rasanya seperti kembali ke kehidupan mahasiswa dulu di Surabaya. Melihat setiap sudut ada kumpulan beberapa mahasiswa dg beberapa lembar kertas berserakan dihadapan mereka yang sepertinya sedang mendebat suatu tema seru, ada juga yang menyendiri dengan laptop menyala didepannya, ada yang baca buku setebal ganjel pintu, ada juga yang hanya ngobrol ringan khas mahasiswa dan tidak sedikit yang sibuk dengan Hape masing – masing. Ah, pesona gadget memang luar biasa, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat ;D

Semua suasana itu, membuat saia kangen untuk bersekolah lagi. Setidaknya memunculkan lagi semangat untuk belajar sesuatu. Sensasi kegigihan untuk belajar itu rasanya muncul saat melihat kumpulan itu. Stressnya kerjaan di kantor dan peliknya masalah hidup yang bisa membuat kita mengalami penuaan dini, rasanya terlibas dan terbabat habis saat merasakan atmosfer disini, seperti anti oksidan yang bisa meremajakan dan menyegarkan kembali syaraf – syaraf di otak.  

Syukur tak henti – henti nya saia panjatkan kepada Allah SWT, satu do’a akhirnya terkabulkan disaat saia merasa ada do’a lain yang tak kunjung juga terkabulkan. 

Itu sudah cukup membuktikan bahwa Allah masih sayang sama saia. Tak boleh sekalipun su’udzon dan berputus asa atas kasih sayang Allah. Sayang Allah melebihi apapun dan siapapun.

Bismillah. Langkah kecil itu...akan saya lanjutkan. Insyaallah.

Tidak ada komentar: